Semakin kita dewasa, semakin bisa kita berpikir bahwa
ternyata bukan hanya harta yang bisa membuat bahagia. Seringkali kita melihat
orang yang banyak harta terapi kurang bahagia dan orang yang mempunyai harta
yang pas-pasan bisa berbahagia. Ah, ini hal klasik. Bisa dibilang begitu.
Tetapi, justru hal klasik inilah yang lumayan sering kita
sepelekan. Kita lupa bahwa kita pernah ata u mungkin sering mengeluh karena
kekurangan.
Mengapa orang yang punya banyak harta juga bisa tidak
bahagia? Karena mereka kurang mensyukuri, selalu merasa kurang, dan terus
mengkufuri nikmat. Mengapa orang yang punya harta yang pas-pasan bisa bahagia? Karena
mereka jika dapat nikmat sedikit berlebih langsung merasa senang dan mensyukuri
nikmat.
Bagaimana kalau bukan menerapkan “Berbahagia LALU bersyukur”
tapi “Berbahagia KARENA bersyukur”. Waw, luar biasa. Apa sih maksudnya? “Berbahagia
KARENA bersyukur” itu maksudnya suatu sikap yang senantiasa bersyukur. Jika kita
berbahagia karena bersyukur, niscaya kita tidak pernah merasa kurang, selalu
merasa cukup, dan tidak takut kekurangan sehingga tidak stress lalu bahagia.
Kalau “Berbahagia LALU bersyukur” itu gimana? Ini juga
sangat baik, kok. Tapi kalau menunggu berbahagia dulu baru kita bisa mengingat
Allah kan kurang rasanya. Bagaimana jika kita nanti mendapat waktu dimana kita
tidak berbahagia? Bisa-bisa kita lupa pada Allah. Padahal Allah sudah memberi
nikmat yang tidak kita minta, tapi sebenernya kita butuh. Namun, “Berbahagia
LALU bersyukur” ini masih lebih baik daripada “Berbahagia LALU TIDAK bersyukur”.